*Cerpen* edisi Mei 2025

BULETIN MEI 2025

Zahwa Syabrina Putri

5/28/2025

Di sebuah desa kecil yang jauh dari hiruk-pikuk kota, tinggal seorang anak bernama Raka. Ia duduk di bangku kelas 6 SD dan dikenal sebagai anak yang cerdas namun pendiam. Setiap hari, ia berjalan kaki sejauh lima kilometer menuju sekolah, melewati sawah, jembatan bambu, dan bukit kecil. Tapi Raka tidak pernah mengeluh. Baginya, belajar adalah cahaya yang menerangi masa depan.

Sekolah tempat Raka belajar hanya memiliki tiga kelas dan lima guru. Buku-buku pelajaran usang, bangku sudah rapuh, dan papan tulis penuh goresan. Namun semangat para guru dan murid di sana tak pernah pudar. Apalagi Bu Lestari, guru favorit Raka, yang selalu menyemangati mereka agar terus belajar walau dalam keterbatasan.

Suatu hari, Raka mengikuti lomba menulis esai tentang cita-cita. Ia menulis dengan penuh semangat tentang impiannya menjadi guru, agar bisa mengajar anak-anak di desanya yang kesulitan mengakses pendidikan. Esainya sederhana, tapi penuh makna dan ketulusan.

Tak disangka, esai Raka memenangkan lomba tingkat kabupaten. Ia diundang ke kota untuk menerima penghargaan. Saat naik ke panggung, ia berkata lantang, "Saya ingin jadi guru agar tidak ada lagi anak yang harus berhenti sekolah hanya karena jarak dan kemiskinan."

Kata-katanya membuat banyak orang terdiam dan tersentuh.

Sejak hari itu, bantuan mulai berdatangan ke sekolah Raka. Buku-buku baru, perbaikan bangunan, bahkan beasiswa untuk murid-murid berprestasi. Dan Raka, ia terus belajar dengan semangat. Ia tahu, pendidikan adalah kunci. Kunci untuk mengubah nasib, membuka peluang, dan membawa cahaya ke tempat yang paling gelap sekalipun.

Setitik Cahaya di Ujung Lorong

Zahwa Syabrina Putri

5/28/2025